Laman

09 November 2011

The Journey of Love: Graduation


        Masih berlanjut dengan long distance sampai akhirnya Agustus 2008 alhamdulillah study ku kelar dan nama berganti Dian Trihesti, S,Hum. Kisah-kisah sedih selama skripsi berganti lelucon yang membuat kita tertawa. Yah, saatnya memasuki gerbang kehidupan yang sebenarnya. Sebuah keputusan yang kata teman-teman mendadak dan cukup berani. Yah, aku pindah ke Surabaya. Jangan tanya alasan apa yang akhirnya menjadi pertimbangan keputusan tersebut, hanya diriku sendiri yang tahu. Mengikuti seseorang yang kala itu statusnya masih pacaran. Yah, sebuah keputusan yang mungkin aneh tapi aku yakin ketika itu kalau ini adalah jalan menuju perubahan, lebih tepatnya merubah nasib. Setelah sekian lama visi misi keluarga yang berantakan dan lelah untuk memneruskannya maka pilihannya adalah mundur teratur dan memilih membuat visi dan misi sendiri dan untuk keluarga kecilku nanti daripada menghabiskan emosi dan tenaga untuk sesuatu yang hanya memancing emosi saja. Sungguh keputusan untuk pindah ke surabay ini menimbulkan kontroversi sampai beberapa tahun ke depan. Konflik dengan mama ik juga semakin runcing. Hubungan dengan mama ik menjadi tidak baik dan mungkin bahkan di cap menjadi anak yang membangkang. Tapi maaf yah ma, aku sudah cukup dan sangat lelah dengan keluarga ini.

        Bukan tidak ada cobaan ketika aku pindah ke Surabaya, tentu karena ini adalah keputusanku maka segala apapun yang menjadi akibatnya aku tanggung sendiri. Tidak berkeluh kesah dengan segala hal yang tidak enak ketika di Surabaya, pa lagi keluh kesah terhadap mama ik. Dan andalannya ketika itu adalah menangis, padahal dulu air mata ini selalu kalah dengan ego. Tidak mempunyai pekerjaan dan menggantungkan hidup dari seorang pacar, betapa tidak enak sama sekali. Penggangguran yang mengirimkan lamaran yang tak terhitung jumlahnya dan sesekali datang untuk wawancara jika ada panggilan. Yah, akhirnya fase-fase itu itu terlewati setelah akhirnya mendapat kerja, tentu saja ini dengan bantuan seseorang yang aku cintai, yang banyak membantuku. Yah, mulai mandiri meskipun itu belum 100% dan perubahan itu mulai ada, semakin berani menyusun mimpi-mimpi dan melambungkan angan-angan. Air mata yang dulu sering jatuh sudah mulai kering. Bukan berarti tidak peka tapi sudah bisa mengatur emosi. Mungkin inilah titik baliknya.

        Salut dengan seorang Supriyanto yang setia mendampingiku di saat-saat terpuruk, saat aku belum mendapatkan pekerjaan, saat semangat ini pupus, saat hubungan kami masih buram arahnya, saat aku merasa rapuh, dan merasa sendiri. Dan yang paling membuatku salut adalah komitmen itu begitu kuat, bahkan komitmen untuk kita bertahan di sela keterpurukanku. Betapa beruntungnya aku bertemu dan menjadi pacaramu. Aku belajar banyak darimu, bagaimana harus marah ketika harga diri kita dihina, bagaimana kita harus tegar, harus bekerja keras, harus optimis, harus punya pendirian dan harus selalu berusaha yang terbaik meskipun kadang dirimu mengingatkan dengan cara yang belum bisa aku terima.  Aku salut dan bangga dengan dirimu, dan pun sebaliknya aku selalu berusaha untuk menjadi perempuan yang bisa kamu banggakan. Yes, we can change our life to be better.

No comments:

Post a Comment