Laman

10 December 2011

Minggu ke-35 Kehamilan




Janin :
Berat janin sekarang mencapai 2,2 kg dengan panjang total 45 cm. Sebagian besar organ janin sudah sempurna saat ini, janin akan berkonsentrasi untuk meningkatkan berat badannya di minggu terakhir kehamilan. Bila janin Ibu laki-laki maka testisnya sudah berada di kantung skrotum sekarang (kantung zakar).

Ibu :
Pengukuran rahim dari pusar berkisar 15 cm dan pengukuran dari simfisis pubis sampai bagian atas rahim mencapai 35 cm. Ibu mungkin mulai merasakan peningkatan dari frekuensi berkemih. Hal ini dapat terjadi karena janin yang semakin besar mulai menekan kandung kemih. Kurangi minum sebelum tidur dapat membantu mengurangi frekuensi berkemih di malam hari. Produksi ASI di payudara Ibu dapat menyebabkan sedikit rembesan yang disebut kolostrum. Mulai minggu ini, Ibu akan diminta untuk datang kontrol 1 minggu sekali. Saat ini juga merupakan saat yang tepat untuk membicarakan rencana persalinan bersama pasangan dan dokter Ibu.
Persiapkan barang-barang yang akan dibawa apabila Ibu akan bersalin nantinya dan tentukan rumah sakit dimana Ibu akan melakukan persalinan (lengkap dengan rute menuju rumah sakit tersebut). Jangan lupa untuk selalu makan dengan frekuensi yang teratur dan mempersiapkan makanan kecil untuk tenaga Ibu. Di saat persalinan nanti Ibu akan membutuhkan seluruh cadangan glukosa untuk mengedan. Selamat menanti hari yang menegangkan ibu.

26 November 2011

Pahit di awal tapi endingnya manis

Seharusnya moment belanja untuk mempersiapkan kelahiran si kecil merupakan moment yang membahagiakan bagi pasangan suami istri. Nah lho karena sang suami sedang dinas ke ujung kulon Indonesia alias di Nangro Aceh Darussalam, maka acara belanja menjadi tidak menyenangkan. Memilih-milih barang sendiri, memilih warna-warna sendiri dan yang pasti membawa barang belanjaan sendiri. Yaah, kalo ga belanja sekarang takut nanti semakin mepet dan keburu si kecilnya brojol. Di nikmati saja seharusnya, tapi tetep ya tidak bisa membohongi hati sendiri kala harus menenteng belanjaan sendiri, di liatin banyak orang, bahkan pe dibantuin bawa karena jalan keluar untuk motornya tempat parkir di tokonya sempit. Belum kalo inget masa kelahiran yang semakin dekat dan tiada seorangpun di sampingku, semakin mellow  rasanya. Jadi inget dengan pesan suami katanya mending pahit di awal tapi endingnya manis. Ga ngerti juga apa yang di maksud, ending yang mana?, kalo pahitnya memang sudah berasa. Sudah, sudah tidak perlu meneruskan kesedihan, tidak perlu menuruti hati yang mellow, sedikit menasehati diri sendiri. Tidak perlu berharap yang berlebihan karena itu akan membuat kecewa lebih dalam. Seperti dulu semula saja, mandiri dan tidak bergantung sama orang lain, tunjukkan itu sekarang. Berdoa dan terus berdoa semoga semua baik-baik saja, semoga semua lancar, termasuk kerjaan suami di Aceh, sehingga bisa segera pulang. Dan yang pasti semoga ending yang indah itu segera terwujud, amin.

09 November 2011

The Journey of Love: Graduation


        Masih berlanjut dengan long distance sampai akhirnya Agustus 2008 alhamdulillah study ku kelar dan nama berganti Dian Trihesti, S,Hum. Kisah-kisah sedih selama skripsi berganti lelucon yang membuat kita tertawa. Yah, saatnya memasuki gerbang kehidupan yang sebenarnya. Sebuah keputusan yang kata teman-teman mendadak dan cukup berani. Yah, aku pindah ke Surabaya. Jangan tanya alasan apa yang akhirnya menjadi pertimbangan keputusan tersebut, hanya diriku sendiri yang tahu. Mengikuti seseorang yang kala itu statusnya masih pacaran. Yah, sebuah keputusan yang mungkin aneh tapi aku yakin ketika itu kalau ini adalah jalan menuju perubahan, lebih tepatnya merubah nasib. Setelah sekian lama visi misi keluarga yang berantakan dan lelah untuk memneruskannya maka pilihannya adalah mundur teratur dan memilih membuat visi dan misi sendiri dan untuk keluarga kecilku nanti daripada menghabiskan emosi dan tenaga untuk sesuatu yang hanya memancing emosi saja. Sungguh keputusan untuk pindah ke surabay ini menimbulkan kontroversi sampai beberapa tahun ke depan. Konflik dengan mama ik juga semakin runcing. Hubungan dengan mama ik menjadi tidak baik dan mungkin bahkan di cap menjadi anak yang membangkang. Tapi maaf yah ma, aku sudah cukup dan sangat lelah dengan keluarga ini.

        Bukan tidak ada cobaan ketika aku pindah ke Surabaya, tentu karena ini adalah keputusanku maka segala apapun yang menjadi akibatnya aku tanggung sendiri. Tidak berkeluh kesah dengan segala hal yang tidak enak ketika di Surabaya, pa lagi keluh kesah terhadap mama ik. Dan andalannya ketika itu adalah menangis, padahal dulu air mata ini selalu kalah dengan ego. Tidak mempunyai pekerjaan dan menggantungkan hidup dari seorang pacar, betapa tidak enak sama sekali. Penggangguran yang mengirimkan lamaran yang tak terhitung jumlahnya dan sesekali datang untuk wawancara jika ada panggilan. Yah, akhirnya fase-fase itu itu terlewati setelah akhirnya mendapat kerja, tentu saja ini dengan bantuan seseorang yang aku cintai, yang banyak membantuku. Yah, mulai mandiri meskipun itu belum 100% dan perubahan itu mulai ada, semakin berani menyusun mimpi-mimpi dan melambungkan angan-angan. Air mata yang dulu sering jatuh sudah mulai kering. Bukan berarti tidak peka tapi sudah bisa mengatur emosi. Mungkin inilah titik baliknya.

        Salut dengan seorang Supriyanto yang setia mendampingiku di saat-saat terpuruk, saat aku belum mendapatkan pekerjaan, saat semangat ini pupus, saat hubungan kami masih buram arahnya, saat aku merasa rapuh, dan merasa sendiri. Dan yang paling membuatku salut adalah komitmen itu begitu kuat, bahkan komitmen untuk kita bertahan di sela keterpurukanku. Betapa beruntungnya aku bertemu dan menjadi pacaramu. Aku belajar banyak darimu, bagaimana harus marah ketika harga diri kita dihina, bagaimana kita harus tegar, harus bekerja keras, harus optimis, harus punya pendirian dan harus selalu berusaha yang terbaik meskipun kadang dirimu mengingatkan dengan cara yang belum bisa aku terima.  Aku salut dan bangga dengan dirimu, dan pun sebaliknya aku selalu berusaha untuk menjadi perempuan yang bisa kamu banggakan. Yes, we can change our life to be better.

The Journey of Love: Long Distance


        Betapa hari-hariku tidak sepi lagi, ada sms yang sering masuk, ada telpon yang terus berdering dari seseorang di seberang sana. Bahkan tidak hanya sekedar tidak sepi tetapi langkah hari-hari ini bisa kulewati dengan enteng karena ada beban yang aku serahkan kepadamu, yaitu adalah perasaanku. Ketika itu aku masih semester 7 menuju 8. Masih sangat kental dengan perkampusan. Masih sangat ingat ketika liburan panjang naik semester tujuh aku kerja di DRPM, sekitar bulan juli 2007. Setiap pulang kerja maka kegiatan  rutinnya adalah sms, ehm senangnya. Lama kelamaan kebutuhan hati semakin bertambah, tidak terima dengan sms saja,  dan liburan Natal yang berbarengan dengan Idul Adha adalah waktu yang tepat pujaan hatiku berkunjung ke Depok. Duh, akhirnya kesampaian juga jalan-jalan di Depok bersama orang yang aku sayangi. Kadang memang sempet iri melihat Lina atau yang lainnya dijemput sama cowoknya di kampus. 

        Pagi itu aku menjemputmu di stasiun Jatinegara. Ada kejadian yang lucu ketika itu. Karena aku berangkat ke stasiunnya pagi maka kereta pada titik puncak jadwal padatnya, alhasil harus berebut dengan sekian ribu orang untuk masuk. Oke lah, pada akhirnya bisa masuk, tapi itu hanya di bibir pintu saja. Tak apalah menahan badan agar tidak jatuh dari pintu toh hanya sampai stasiun Tebet saja. Dan oh my God, ketika sampai di stasiun Tebet dan hendak turun, ternyata sandalku ketinggalan di kereta. Mau kembali ke kereta dan mencari sendal sudah tidak mungkin dan akhirnya membiarkan kaki ini telanjang. Untunglah itu masih jam 06.00 pagi, jadi masih sepi, cuek sajalah meskipun cuma satu sendal saja. Segera mencari tukang ojek dan mencari toko yang jual sandal jepit atau apalah. Dasar sial karena masih pagi, toko pun masih jarng yang buka, utunglah tukang ojek mau muter-muter mencari sendal jepit, plong ketika akhirnya dapat.

        Masih dengan tergesa-tergesa masuk stasiun Jatinegara dan pujaan hatiku sudah menunggu di sana. deg-degan melihatnya dan kita menuju Depok berdua. Tiga hari kita bersama, menghabiskan waktu keliling UI, makan pecel di Detos (Depok Town Square) dan sarapan pagi ditempat mba Ucu.  Senangnya, liburan itu sungguh sangat tidak sepi dengan pertemuan itu. Dan gara-gara pertemuan itu, komunikasi kita semakin sering, dengan Esia yang pada waktu itu tarifnya adalah 1000/jam. Memang esia mantap banget, sampai kita pernah telpon mulai jam 22.00-06.00. Gila, semalaman kita tidak tidur, dia menemaniku begadang yang kala itu aku sudah mulai mengerjakan skripsiku. Tak terbayang berapa pulsa yang kita habiskan untuk telpon2an, yang pasti hampir setiap hari kita telpon dan itu minimal 2 jam. Oh, kok bisa ya telinga ini menghadapi panasnya ponsel juga kantong ini menghadapi borosnya pulsa, tapi itulah cinta. Cinta mengalahkan segalanya. Dan beginilah cinta long distance kami.

The Journey Of Love: Aku Punya Pacar


Setelah pertemuan yang tidak mengesankan, maka episode nya berganti dengan komunikasi by Phone. Memang setelah itu sudah tidak ada pertemuan sama sekali, melainkan hanya SMS saja, bukan telpon2an dan itupun sesekali saja. Sampai suatu saat entah apa permulaannya komunikasi yang terputus itu tersambung kembali, dan intensitasnya menjadi sering. Berlanjut dengan janjian untuk pertemuan. Dan rumahkulah yang menjadi tempatnya. Sempat lupa, hari apakah pertemuan itu tapi  yang pasti jamnya adalah jam 08.00 pagi dan dengan baju warna putih serta jam tangan hitam dia datang. Oh ya dengan Jeans warna biru langit. Obrolan-obrolan pembuka dua orang yang baru mengenal, seputar dunia kampus juga keluarga. Mulai menyenangkan. Dia kuliah di Institut Teknologi Sepuluh November ITS) Surabaya, mengambil jurusan kelistrikan kapal dengan jenjang D3.  Ehm, aku ingat pas itu aku pakai kaos bergaris yang aku beli di Margo City Depok.   Masih sangat ingat aku sepertinya, dan itu berarti aku sudah mulai terkesan.

 Setelah obrolan demi obrolan bergulir dapatlah satu kesimpulan kecil bahwa  ternyata rumah kita sangat dekat, 10 menit bisa ditempuh dengan sepeda ontel, kurang dari 5 menit kalo pakai sepeda motor,  ehm paling sekitar 3 km saja.     Kaget memang, ternyata kita tetangga dan hanya beda kampung saja, tetapi kita mengenal di tempat yang jauh, yaitu Depok, tempat yang jauh dari tempat kelahiran kita, yaitu Ponorogo. Semoga ini bertanda baik.
 Komunikasi semakin intens dan obrolan pun mulai masuk ke daerah privasi juga curhat-curhat kecil tentang kampus, kerjaan juga keluarga. Malam-malam sepi berganti dengan malam dengan puluhan SMS.  Semakin dekat dan akhirnya menemukan kecocokan. Sekitar bulan Mei 2007 kita sepakat untuk pacaran. Senangnya aku punya pacar , namanya adalah  Supriyanto. I want to be Somebody  for someone...
(Somebody for someone...), Yeah I wanna be
(Somebody for someone...), I know there's gotta be
(Somebody for someone...), You've gotta be
(Somebody for someone...), Yeah yeah...
(Somebody for someone...)
(Somebody for someone...)
(Somebody for someone...)


- Somebody For Someone by The Corrs -

The Journey of Love: Awal yang Tidak Mengesankan


Bertemu dengan seorang yang tidak mengesankan di danau Universitas Indonesia (UI) awalnya, inilah ceritanya...

Kesan pertama yang sangat tidak indah bagiku dengan seseorang yang aku temui. Entah karena aku yang salah merespon dan menanggapi atau Dia yang salah menyampaikan apa yang disampaikan, padahal  semilir angin danau juga tenangnya air danau UI Depok sangat mendukung romantis. Obrolan kaku pada perjumpaan pertama kami sekitar 4 tahun yang lalu ketika aku masih kuliah di Jurusan Sastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok. Bagaimana akan membekas dalam hati kalau kesan pertama dari pertemuan tersebut sudah tidak terkesan? Begitu memang logikanya tetapi ternyata semua berbanding terbalik dengan logika dan tunggulah cerita selanjutnya dari pertemuan tersebut...

07 November 2011

Janin (Bayi) dan Sang Ayah (Papa)


Sejak berada dalam kandungan otak janin sudah sangat berkembang dengan pesat. Janin sudah mampu merasakan dan memberikan respon terhadap rangsangan dari luar. Sehingga kontak dengan janin bisa dimulai oleh orang tua semenjak dini. Kontak dengan janin bisa berupa kontak fisik dengan mengajaknya berbicara dan memberikan rangsangan berupa usapan kasih sayang. Jika dari seorang ibu rangsangan bayi bisa melalui emosi yang sedang dirasakan sang ibu, pun juga pengalaman-pengalaman yang sedang dirasakan oleh sang ibu. Rasa senang, cemas dan stress akan berpengaruh pada tahap kembang si Janin. Seperti contohnya rasa senang yang dialami oleh ibu, dalam darahnya akan melepaskan neotransmitter, zat-zat senang sehingga janinpun ikut merasakannya.  
Ketika umur 16 minggu fungsi pendengaran Janin sudah mulai bisa berfungsi, ia sudah mendengar dan membedakan suara ibu nya. Dengan mengajaknya berbicara, bisa membuat janin kepercayaan di kemudian hari, karena sejak Janin ia sudah mengenal suara ibunya, sehingga menyebabkan ia merasa berada di lingkungan yang tidak asing lagi. Lalu bagaimana dengan sentuhan dan suara sang ayah?. Janinpun ketika masih dikandungan sudah bisa mengenal dan membedakan suara ayahnya, ketika ayahnya berbicara dengan teman prianya. Jadi ikatan batin (Bonding) antara Janin (Bayi) sudah bisa dimulai sejak dini. Selaim dengan mengajaknya berbicara, kontak fisik dengan janin juga bisa dilakukan dengan usapan. Ketika janin bergerak, itu menandakan ia sedang meminta untuk diperhatikan. Cobalah untuk mengusapnya. Kadang ketika bergerak, bagian tubuhnya ada yang menonjol, itulah saat yang tepat mengusapnya, memberikan perhatian kita untuknya. Pada saat inipun, adalah saat yang baik pula untuk ayah memulai interaksi dengan Janin dengan mengusapnya.  
Selanjutnya kontak fisik antara bayi dan adalah pada saat persalinan usai. Inilah momen yang tepat untuk memulai kedekatan dengan bayi, kadang sang ayah merasa ‘takut’ untuk menyentuh bayinya untuk pertama kali. Takut melukainya, takut salah gendong atau ketakutan-ketakutan lainnya. Dan sebenarnya hanya butuh kebiasaan saja untuk menyentuhnya, untuk menghilangkan ketakutan-ketakutan tersebut. Begitu sang  Ayah menggendong si kecil saat dia lahir, artinya semakin dini pula sang bayi mengenal ayahnya. Pelukan dan dekapan yang Anda berikan secara tidak sadar akan membuat aroma tubuh Anda masuk ke dalam penciuman bayi. Sentuhan dini yang anda berikan tersebut akan melatih bayi untuk mengenal anda sebagai figur yang dekat dengannya selain figur ibu.
Proses pembiasaan ini merupakan hal yang penting sebagai upaya untuk membentuk ikatan emosional antara ayah dan bayi. Secara psikologis, menciptakan kedekatan emosional antara ayah dan bayi merupakan hal yang cukup penting dalam proses perkembangan psikis bayi. Selain kasih sayang dan perhatian dari ibu, dukungan, perhatian, dan kasih sayang yang diberikan oleh ayah kepada bayinya mampu menciptakan rasa aman yang menjadi dasar bagi bayi untuk memulai perkembangannya dengan optimal. So, ikatan batin antara ayah dan bayi sama pentingnya dengan ikatan ibu dan bayi untuk tumbuh kembangnya dan bisa dimulai semenjak dini semenjak dalam kandungan sekalipun.

*Didedikasikan untuk Suami tercinta, calon Papa.