Laman

09 November 2011

The Journey of Love: Long Distance


        Betapa hari-hariku tidak sepi lagi, ada sms yang sering masuk, ada telpon yang terus berdering dari seseorang di seberang sana. Bahkan tidak hanya sekedar tidak sepi tetapi langkah hari-hari ini bisa kulewati dengan enteng karena ada beban yang aku serahkan kepadamu, yaitu adalah perasaanku. Ketika itu aku masih semester 7 menuju 8. Masih sangat kental dengan perkampusan. Masih sangat ingat ketika liburan panjang naik semester tujuh aku kerja di DRPM, sekitar bulan juli 2007. Setiap pulang kerja maka kegiatan  rutinnya adalah sms, ehm senangnya. Lama kelamaan kebutuhan hati semakin bertambah, tidak terima dengan sms saja,  dan liburan Natal yang berbarengan dengan Idul Adha adalah waktu yang tepat pujaan hatiku berkunjung ke Depok. Duh, akhirnya kesampaian juga jalan-jalan di Depok bersama orang yang aku sayangi. Kadang memang sempet iri melihat Lina atau yang lainnya dijemput sama cowoknya di kampus. 

        Pagi itu aku menjemputmu di stasiun Jatinegara. Ada kejadian yang lucu ketika itu. Karena aku berangkat ke stasiunnya pagi maka kereta pada titik puncak jadwal padatnya, alhasil harus berebut dengan sekian ribu orang untuk masuk. Oke lah, pada akhirnya bisa masuk, tapi itu hanya di bibir pintu saja. Tak apalah menahan badan agar tidak jatuh dari pintu toh hanya sampai stasiun Tebet saja. Dan oh my God, ketika sampai di stasiun Tebet dan hendak turun, ternyata sandalku ketinggalan di kereta. Mau kembali ke kereta dan mencari sendal sudah tidak mungkin dan akhirnya membiarkan kaki ini telanjang. Untunglah itu masih jam 06.00 pagi, jadi masih sepi, cuek sajalah meskipun cuma satu sendal saja. Segera mencari tukang ojek dan mencari toko yang jual sandal jepit atau apalah. Dasar sial karena masih pagi, toko pun masih jarng yang buka, utunglah tukang ojek mau muter-muter mencari sendal jepit, plong ketika akhirnya dapat.

        Masih dengan tergesa-tergesa masuk stasiun Jatinegara dan pujaan hatiku sudah menunggu di sana. deg-degan melihatnya dan kita menuju Depok berdua. Tiga hari kita bersama, menghabiskan waktu keliling UI, makan pecel di Detos (Depok Town Square) dan sarapan pagi ditempat mba Ucu.  Senangnya, liburan itu sungguh sangat tidak sepi dengan pertemuan itu. Dan gara-gara pertemuan itu, komunikasi kita semakin sering, dengan Esia yang pada waktu itu tarifnya adalah 1000/jam. Memang esia mantap banget, sampai kita pernah telpon mulai jam 22.00-06.00. Gila, semalaman kita tidak tidur, dia menemaniku begadang yang kala itu aku sudah mulai mengerjakan skripsiku. Tak terbayang berapa pulsa yang kita habiskan untuk telpon2an, yang pasti hampir setiap hari kita telpon dan itu minimal 2 jam. Oh, kok bisa ya telinga ini menghadapi panasnya ponsel juga kantong ini menghadapi borosnya pulsa, tapi itulah cinta. Cinta mengalahkan segalanya. Dan beginilah cinta long distance kami.

No comments:

Post a Comment